Detail Artikel

image-undefined

Informasi

Awas! Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut Ternyata Bisa Berbahaya!

By fdc Dental Clinic

1667

Awas! Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut Ternyata Bisa Berbahaya!

Pada umumnya, bernapas dilakukan melalui hidung. Namun, pada beberapa kasus seseorang dapat bernapas melalui mulut dikenal dengan istilah mouth breathing. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan jalan napas bagian atas, sehingga udara masuk sepenuhnya atau sebagian melalui rongga mulut.

Peran Pernapasan melalui Hidung dalam Kesehatan Mulut

Pernapasan hidung memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang optimal karena memfasilitasi pengkondisian udara yang dihirup, meningkatkan pelembapan, penyaringan, dan pengaturan suhu yang lebih baik.

Saluran hidung juga mengandung struktur seperti turbinat, yang membantu menghambat partikel asing dan alergen untuk masuk melalui sistem pernapasan. Sebaliknya, pernapasan melalui mulut melewati mekanisme yang bermafaat ini sehingga berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan rongga mulut. 


Perkembangan Dentofasial pada Anak-anak 

Selama masa anak-anak, pengaruh eksternal berdampak kepada perkembangan kompleks dentofasial, termasuk diantaranya pola pernapasan. Bernapas melalui mulut pada anak-anak menyebabkan beberapa manifetasi klinis pada rongga mulut. 


Pengaruh Bernapas melalui Mulut terhadap Maloklusi (Posisi Gigi Tidak Sesuai)

Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot yang berkontribusi pada perubahan yang terjadi pada oral dan kraniofasial. Anak-anak yang bernapas melalui mulut mengalami penurunan tekanan lidah yang signifikan. Gangguan jalan napas bagian atas pada anak-anak akan mempengaruhi posisi otot lidah, mengganggu keseimbangan, dan berkontribusi pada penyempitan lengkung gigi rahang atas dan kompresi (menekan susunan) gigi atas sehingga terjadi gigitan silang pada gigi belakang.

Baca artikel lainnya: Beginilah Proses Pemasangan Behel Gigi

Selain itu, pada rahang bawah juga dapat mengalmi gigi geraham yang berputar dan pertumbuhan berlebih (menjadi lebih naik) sehingga resiko gigitan terbuka meningkat karena terganjal oleh gigi belakang yang beradu dengan gigi atas.


 

Gambar 1. Bernapas melalui mulut akibat hipertrofi adenioid atau hipertrofi tonsil dapat memiliki dampak yang berbeda pada perkembangan dentofasial. 

(A) Hipertrofi Adenoid: menyebabkan maloklusi angle kelas 2 dengan peningkatan overjet dan rahang bawah yang berputar searah jarum jam 

(B) Hipertrofi Tonsil: menyebabkan protrusi mandibula untuk meningkatkan lebar saluran napas orofasring, maloklusi angle kelas 3 dengan kecenderungan gigitan silang pada gigi depan. 


Di masa mendatang, penanganan dari kebiasaan buruk bernapas melalui mulut perlu didasari pada petimbangam etiologi dan analisis yang komprehensif terhadap pola maloklusi. Hal ini akan membantu dalam pemahaman yang lebih baik mengenai mekanisme terjadinya maloklusi. 


Pengaruh Bernapas melalui Mulut Terhadap Maxillofacial Development 

Perubahan morfologi maksilofasial yang terjadi karena pernapasan melalui mulut menyebabkan perubahan adaptif pada bibir, lidah, dan mandibula yang selanjutnya mempengaruhi perubahan skeletal oleh respon neuromuskular. 

Pandangan tradisional menyebutkan bahwa anak-anak yang bernapas melaui mulut sering kali memiliki profil wajah dengan maloklusi skeletal kelas 2 yang ditandai dengan rahang atas maju dan rahang abwah mundur, gigi geraham berputar searah jarum jam, bibir atas menonjol, ketidakmampuan bibir menutup secara efektif, hidung terbuka dan lengkung palatal yang lebih dalam.

Sebuah tinjauan sistematis dari 19 penelitian membandingkan data cephalometric pada anak-anak dan remaja dengan pernapasan melalui mulut dan hidung. Terdapat bukti bahwa maksila dan mandibula retrognati lebih sering terjadi pada individu yang bernapas melalui mulut.

Baca artikel lainnya: Mau Pasang Behel? Ketahui Dulu Manfaat Behel Gigi Ini!

Selain itu, mereka cenderung memiliki sudut bidang mandibula yang lebih besar, serta rotasi mandibula ke bawah dan ke belakang lebih ekstrim. Bahkan, lengkung palatal yang dalam adalah salah satu karakteristik yang paling umum pada apsien yang bernapas melalui mulut, telah terbukti juga kedalaman palatal daerah gigi molar 11% lebih dalam pada anak-anak yang bernapas melalui mulut dibandingkan mereka yang bernapas melalui hidung. 

Seperti halnya, maloklusi angle/dental, pola skeletal muncul secara berbeda dengan faktor etiologi yang juga berbeda. Gangguan yang disebabkan oleh hipertrofi tonsil seringkali menunjukkan pola maloklusi skeletal kelas 3 yang ditandai dengan displasia sagital maksila dan protrusi mandibula. Oleh karena itu, penyebab yang jekas dapat membantu membedakan arah pertumbuhan maksilofasial. 

Pengaruh Bernapas melalui Mulut Terhadap Kesehatan Dentofasial

Ketika udara mengalir melalui mulut, saliva akan menguap dan menyebabkan penurunan kelembapan di dalam rongga mulut. Sebagai agen penting untuk pertahanan, kekebalan tubuh, tindakan antibakteri, pelumasan, dan penguraian zat anorganik, saliva berkontribusi penting pada stabilitas pH dalam lingkungan mulut dan mencegah terjadinya karies gigi. tidak sedikit penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang bernapas melalui mulut secara kronis beresiko lebih tinggi terkena karies.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Mummolo S, et al. menyatakan bahwa tingkat Streptococcus mutans dan plak yang signifikan lebih tinggi pada remaja yang bernapas melalui mulut. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pertahanan yang diatur oleh saliva dan mengurangi efek pembersihan diri dari slaiva, akhirnya menyebabkan penumpukan plak berlebih. tidak hanya itu, penurunan sel epitel terhadap plak dan dehidrasi pada perkembangan gingivitis dan oenyakit periodontal lainnya. 


Sebagi penutup, dapat dikatakan bahwa pernapasan melalui mulut memiliki implikasi signifikan terhadap perkembangan dentofasial. Konsekuensinya berkisar dari maloklusi dan oertumbuhan wajah yang berubah, penurunan kebersihan mulut, peningkatan prevalensi karies gigi hingga penyakit periodontal. Dengan mengadopsi pendekatan multi didiplin dan menggabungkan terapi myofungsional oral serta manajemen obstruksi jalan nafas, dokter gigi dapat mengatasi manifestasinya dengan efektif. Sangatkan penting bagi orang tua, tenaga pendidik, dan enyedia layanan kesehatan mengetahui tentang dampak potensial dari pernapasan mulut pada perkembangan dentofasial.

 

Buat kamu yang memiliki masalah kesehatan gigi, yuk jangan ragu konsultasikan permasalahan gigi kamu dengan Dokter Gigi FDC Dental Clinic. Cek kesehatan gigi kamu minimal 6 bulan sekali!


Artikel ditulis oleh drg. Ade Amalia

Referensi: 

  1. Lin L, Zhao T, Qin D, et al. The impact of mouth breathing on dentofacial development: a concise review. Front Public health. 2022;10:929165. DOI: 10.3389/fpubh.2022.929165
  2. Paolantonio EG, Ludovici N, Saccomanno S, et al. Association between oral habits, mouth breathing and malocclusion in Italian preschoolers. Eur J Paedtr Dent. 2019;20:204-8. DOI: 10.23804/ejpd.2019.20/03/07
  3. Diouf JS, Ouedraogo Y, Souare N, et al. Comparison of dental arch measurement according to the grade and the obstructive character of adenoids. int Orthod. 2019;17:333-41. DOI: 10.1016/j.ortho.2019.03.016
  4. Mummolo S, Nota A, Caruso S, et al. Salivary markers and microbial flora in mouth breathing latee adolescents. biomed Res Int. 2018:8687608. DOI: 10.1155/2018/8687608